Makassar, PANRITA.News – Kita memasuki 10 malam terakhir Ramadan. Ini menjadi Ramadan yang merdeka sebebas-bebasnya dari corona. Jika 1444 H lalu status covid-19 walau tidak lagi setinggi tahun sebelumnya, tapi kondisi wabah belum sepenuhnya dicabut. Kini, 1445 H, sebuah kesempatan menyelenggarakan Ramadan dengan pelbagai aktivitas yang mengiringinya.
Saat jelang idul fitri, di kala Ramadan tersisa 10 hari. Jamaah menanti lailutul qadr. Begitu pula dengan senantiasa menghidupkan malam-malam ganjil dengan melipatgandakan tadarus, dan sadaqah. Sekaligus bersegera membayar zakat fitrah.
Sementara itu, iktiklaf mulai dilaksanakan secara terprogram. Setahun lalu, dapat disaksikan bagaimana jamaah masjid Al-Markaz Maros menggelar program iktikaf. Bahkan tidur selama 10 hari terakhir di masjid. Sekaligus mereka membawa pakaian ganti. Benar-benar “berkampung” di masjid.
Terlihat pula di masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, juga menggelar acara iktikaf. Termasuk dengan salat lain. Untuk siang hari, ada salat dhuha. Panitia juga menyiapkan sahur bersama, kemudian diteruskan dengan iktikaf sampai usai ceramah dhuhur. Kemudian bubar usai mendengarkan ceramah.
Khusus bagi jamaah yang bekerja, hanya mengikuti sabtu dan ahad saja. Adapun jamaah yang memiliki kesempatan yang fleksibel, maka selama 10 hari terakhir juga tetap dilaksanakan. Hanya saja, siang hari usai ceramah dhuhur mereka pulang ke rumah. Kembali ke masjid, usai berbuka puasa. Dilanjutkan isya dan tarawih sampai dhuhur kembali.
Sementara pola yang digunakan di Al-Markaz Maros, jamaah tinggal di masjid dan mereka menjalankan iktikaf sepenuhnya. Tanpa pulang, dan hanya bertukar pakaian dengan mengirimkan pakaian kotor ke rumah. Sementara pakaian bersih diantarkan oleh keluarga ataupun menggunakan ojek daring.
Adapun masjid Istiqlal yang juga kini dibuka 24 jam, secara khusus memprogram iktikaf. Termasuk imam dan bilal yang bertuigas juga telah tersusun dengan rapi dan terjadwal. Baik pengumuman pendaftaran iktikaf, tata cara, dan juga staf yang bertugas telah diumumkan melalui laman web masjid.
Begitu pula di media sosial Istiqlal, seperti instagram. Selain untuk jamaah umum, juga dibuka dengan sistem iktikaf terpadu yang perlu didaftar sejak awal dengan jumlah kuota tertentu.
Disyaratkan bagi jamaah yang berumur paling rendah, 12 tahun. Bagi yang berusia di atas 65 tahun, perlu mendapatkan pemeriksaan klinik Istiqlal. Sebagai pemantauan kondisi kesehatan.
Termasuk panduan lainnya, seperti menyiapkan sahur. Sekalipun di Istiqlal, disiapkan sahur sebanyak 2.000 – 2.500 porsi, namun jamaah yang hadir mencapai 5.000 orang. Sehingga mengantisipasi antusiasme jamaah ini, peserta iktikaf perlu menyiapkan sahur.
Mereka bahkan disarankan untuk menggunakan kendaraan umum ketika berangkat ke Istiqlal. Saat ini, masjid Istiqlal telah terkoneksi dengan pelbagai angkutan umum. Sehingga siapapun dan dari manapun di pelosok Jakarta, dapat menjangkau Istiqlal dengan mudah.
Ada enam rangkaian acara selama iktikaf. Diawali dengan pembacaan Alquran. Diteruskan tausiyah imam besar masjid Istiqlal. Selanjutnya, salat tasbih empat rakaat dengan satu kali salam. Kemudian salat tahajjud dengan delapan rakaat melalui empat kali salam. Diakhiri dengan salat witir sebanyak tiga rakaat.
Rangkaian iktikaf ditutup dengan wirid dan doa muhasabah. Selanjutnya masing-masing sahur, dan menunaikan subuh berjamaah. Selama sepuluh malam terakhir, dilaksanakan selepas pukul 12 malam. Sejak 31 Maret 2024. Bagi yang mengikuti iktikaf terpadu, maka ada program selama sepuluh hari. Mereka tidak pulang ke rumah selama itu.
Ketiga masjid tersebut menjadikan program iktikaf sebagai layanan kepada jamaah. Imran & Syarifuddin (2023) mengemukakan bahwa iktikaf kini menjadi pilihan untuk terapi spiritual. Sehingga di kota, pelaksanaan program iktikaf disiapkan oleh badan kemakmuran masjid. Di masa-masa pandemic tetap juga dilaksanakan, walau dengan skala terbatas dan pembatasan. Sebagai ikhtiar mencegah penyebaran wabah (Efendi & Nihayati, 2021).
Terlihat dari program dan layanan masjid, kini masjid menjadi perkhidmatan sosial (Ismail, Bakar, Ismail, & Bakar, 2023). Memperluas fungsinya yang sudah ada sebelumnya, sehingga dapat menjangkau lebih banyak jamaah. Sekaligus menyesuaikan dengan keperluan masing-masing jamaah.
*Ismail Suardi Wekke, Wakil Ketua Umum MPP Pemuda ICMI.
Tinggalkan Komentar