Makassar, PANRITA.News – Pada masa covid-19, buka puasa menjadi peluang untuk menyebarkan informasi terkait dengan pencegahan wabah (Hadya & Haryati, 2022). Era itu telah berlalu. Kini, buka puasa menemukan situasi tersendiri dengan pola tersendiri pula.
Buka puasa menjadi selain kesempatan untuk makan bersama, juga menjadi peluang untuk bertemu. Bahkan sekaligus menjadi pertemuan dengan kolega ataupun rekan bisnis. Dimana dalam bulan puasa sekalipun, bekerja tetap saja berjalan sebagaimana bulan-bulan lain. Bahkan di Ramadan, bekerja perlu leboh giat lagi. Dimana pengeluaran bertambah, seiring dengan mudik dan juga urusan baju baru.
Sehingga, buka puasa bersama dilaksanakan juga di lingkungan kerja. Ada pula yang menggunakan untuk reuni. Sepertinya kesempatan bertemu di bulan-bulan sebelumnya, tidak bisa terlaksana akibat agenda kerja yang padat. Maka dengan Ramadan saat jam kerja selesai lebih awal dibanding hari-hari sebelumnya, kegiatan bersama diteruskan dengan buka puasa bersama.
Maka, paket berbuka puasa nasi liwet telah menjadi menu tersendiri yang ditawarkan hotel-hotel. Makan bersama dengan hamparan daun pisang, dinikmati dengan tangan bukan dengan sendok-garpu. Begitu pula dalam bentuk prasmanan, atau all you can eat. Makan bersama sepanjang Ramadan menjadi ritual tersendiri bagi para shaimin.
Promosi dari hotel ataupun penyedia layanan berbuka puasa bersama turut digelontorkan dengan menggunakan platform digital (Wiryanti & Ratnasari, 2023). Sehingga informasi ini tersebar luas bagi pengguna media sosial.
Bahkan pemesanan dapat dilakukan sebelumnya, termasuk melalui akses Google Form (Wijaya & Fitri, 2024). Dampaknya, diskon atau potongan harga dan disertai dengan kekhasan menu masing-masing menjadi semacam perlombaan. Dalam skala tertentu, ini menguntungkan bagi konsumen. Tersedi banyak pilihan dengan harga yang semakin bersaing.
Namun dalam Ramadan kali ini, berburu takjil juga diramaikan oleh warga non muslim. Mereka turut serta dalam kemeriahan pasar sore hari. Rupa-rupa takjil dan makanan lainnya yang tersedia, menjadi pilihan banyak orang. Termasuk bagi yang tidak berpuasa sekalipun.
Buka puasa juga menjadi penutup sebuah kegiatan. Sehari yang lalu, di perhelatan Summit Jurnal Ulumul Quran yang dilaksanakan MPP ICMI, dan CIDES ICMI. Ketua panitia, Prof. Andi Faisal bakti menyatakan bahwa salah satu kelebihan acara di bulan puasa, sekalipun itu sudah sudah sore tetap saja peserta yang hadir sejak awal bertahan hingga akhir. Tidak seperti di bulan lain, dimana ketika sore hari peserta sudah mulai berkurang.
Ini juga terlihat, bahwa dalam bulan Ramadan sekalipun acara seminar tidak ditangguhkan. Justru semakin efektif, dimana para peserta tidak meninggalkan acara sebelum buka puasa bersama selesai.
Buka puasa bersama digunakan juga oleh perusahaan sebagai aktivitas CSR (Roefinal, 2014). Buka puasa menjadi kesempatan untuk menjamu selera anak yatim. Bahkan ada yang melaksanakannya di panti asuhan secara langsung. Sehingga berbuka puasa dengan menu yang lebih banyak juga turut dirasakan oleh anak yatim.
Satu lagi, tarwih keliling. Di masa-masa pandemi yang telah berlalu, tarwih termasuk yang dibatasi. Sehingga pelaksanaan tarwih keliling justru tidak terselenggara. Dengan Ramadan pasca pandemi ini, tarwih keliling kdang disingkat tarling dilaksanakan kembali. Organisasi, ataupun komunitas kembali melaksanakan dari rumah ke rumah.
Diawali dengan berbuka puasa, kemudian diteruskan dengan jamaah magrib dan isya serta tarwih. Diselingi dengan ceramah ataupun kajian. Tarling ini menjadi ciri khas bagi masyarakat muslim Indonesia.
Di masyarakat muslim mayoritas, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, menerima tamu nanti dilaksanakan saat open house pasca idul fitri. Sepanjang Ramadan, masing-masing menjalankan puasa ataupun berbuka puasa di rumah makan dan hotel. Menerima tamu di rumah sepanjang Ramadan, tidak menjadi kebiasaan atau kegiatan tersendiri.
Terakhir, sahur on the road. Pelaksana kegiatan ini secara khusus membagikan makanan bagi orang-orang yang berada di jalan saat waktu sahur tiba. Ada pula yang setelah membagikan makanan, turut menggelar tikar dan makan bersama sampai adzan subuh berkumandang dan kemudian melaksanakannya di masjid terdekat.
Rupanya Ramadan dimaknai sebagai bulan berbagi. Sehingga semua rangkaian Ramadan dari waktu ke waktu ditunaikan dengan berbagi dan juga dalam skla komunal. Ramadan diartikan sebagai bulan kebersamaan. Apapun aktivitasnya, maka kebersamaanlah yang selalu menjadi utama.
Sepanjang Ramadan, aktivitas makan tidak saja terkait soal kenyang. Namun makan menjadi multi dimensi. Salah satu yang utama adalah kesempatan untuk berbagi. Maka, Ramadan selain puasa, bagi masyarakat muslim Indonesia juga dapat diartikan sebagai masa-masa menyuburkan kepedulian sosial. Dalam aspek teknis dimaknai dengan tiga hal, buka puasa bersama, tarwih keliling, dan sahur on the road.
Ismail Suardi Wekke, Wakil Ketua Umum MPP Pemuda ICMI.
Tinggalkan Komentar