“Indonesia punya watak yang lemah, karakter kurang kuat. Manusia indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk “survive” bersediah mengubah keyakinannya. Makanya kita bisa melihat gejala pelacur intelektual amat mudah terjadi dengan manusia Indonesia”. Mochtar Lubis
Sepenggal tulisan dari Moctar Lubis yang dikutip dari bukunya tentang Manusia Indonesia, sebuah ceramah singkat yang disampaikan cukup lugas di tahun 1970-an dan diterbitkan menjadi sebuah buku. Di waktu yang bersamaan pula menimbulkan pendapat yang pro konta dari berbagai pihak. Ketika menyelami buku tersebut sepenggal benang merah akan ditemui yang dimaksudkan Mochtar Lubis sebagai manusia Indonesia, manusia indonesia seperti yang distereotipkan, atau meminjam ungkapan Walter Lippmann yang digambarkan dalam benak “Pictures In Our Head”. Stereotip tidak seluruhnya benar, tidak pula sepenunyah salah. Stereotip tumbuh dalam benak orang karena pengalaman, observasi, tetapi juga prasangka dan generalisasi.
Soal manusia Indonesia sebenarnya sama saja dengan dasar manusia pada umumnya. Kalaupun kita mau percaya pada pemikir klasik, seperti Plato dan Arisoteles, maka mereka berpendapat bahwa manusia itu sebenarnya “Binatang Biasa” tetapi kelebihannya karena memiliki akal. Bila akal itu dipergunakan sebagaimna seharusnya yakni dipakai buat kebaikan, maka itu adalah satu manusia komplit, tetapi bilamana akal itu dipakai buat kejahatan maka manusia itu lebih buas dari binatang biasa. Plato berpendapat bahwa manusia dapat dibuat baik dengan jalan pendidikan.
Sejak zaman Belanda sampai kita merdeka dunia pendidikan selalu diremehkan. Jika benar ungkapan Plato, pendidikan merupakan salah satu faktornya yang akan membawa manusia ke hal yang baik, maka tentu kesanalah orang harus mencari pemecahannya. Gerak kian angkuh, bebas tanpa kompromi, maka perlu pula kerangka tepat sebagai pisau analisis yang secara tajam, gamblang dan jujur mengupas seberapa jauh sosok manusia Indonesia dan bagaimana memperbaikinya melalui pendidikan.
Berkaca pada karya-karya Muhtar Lubis, seorang sastrawan, jurnalis, dan cendekiawan terkemuka Indonesia, terkenal dengan tulisan-tulisannya yang kritis yang mengangkat berbagai persoalan sosial, politik, pendidikan dan agama. Dalam konteks pendidikan, Muhtar Lubis kerap menekankan pentingnya ketangguhan mental, ketangkasan intelektual, dan empati sosial. Hal ini relevan untuk memajukan pendidikan sebagai salah satu tonggak strategis nasional Indonesia Emas 2045. Visi Indonesia Emas 2045 merupakan rencana strategis yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bangga, mandiri, dan damai dalam kurung waktu 100 tahun sejarah Indonesia. Pendidikan berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang unggul, inovatif dan berdaya saing global untuk mencapai visi tersebut.
Di bidang pendidikan, ketangguhan intelektual dan kebebasan berfikir menjadi faktor krusial dalam pembangunan nasional Indonesia Emas 2045. Kritik dan kemampuan menemukan ide-ide baru serta percaya diri menyampaikan pendapat merupakan ciri-ciri yang sering diterapkan oleh Muhtar Lubis dalam berbagai bidang. Pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan karakter yang baik dapat dibekali oleh masyarakat, sehingga mampu menghadapi perkembangan dunia global kedepannya.
Selain itu, untuk mencapai target pembangunan nasional Indonesia pada tahun 2045, diperlukan keselarasan dengan peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan, dimulai dari institusi pendidikan yang terpelihara dengan baik dan sistem pendukung pembelajaran yang dapat meningkatkan SDM. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pengajaran, seperti e-learning, platform pembelajaran jarak jauh, dan perangkat pembelajaran digital lainnya yang dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan.
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tinggi, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum. Negara harus menyediakan hukum dan peraturan yang melindungi, sementara sektor swasta dapat berkontribusi melalui investasi di bidang pendidikan, layanan beasiswa, dan program pengembangan masyarakat. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Kolaborasi antara berbagai pihak ini akan membantu mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendekatan ini memiliki potensi untuk meningkatkan pendidikan di daerah pedesaan dan sekolah-sekolah dengan memberikan perhatian serius kepada anggota masyarakat umum yang tidak berpendidikan tinggi. Dengan langkah ini, kita dapat secara bertahap mengatasi keterbatasan kita dan menjadi masyarakat yang memiliki karakteristik dan nilai-nilai yang lebih baik, seperti yang dikatakan oleh Muhtar Lubis.
Pendidikan adalah investasi terbaik yang dapat dilakukan oleh setiap individu atau bangsa. Nilai pendidikan tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan dan bangsa pada khususnya. Dengan memberikan akses pendidikan yang berkualitas dan merata, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, tertib, dan berpikiran maju. Pendidikan bukan hanya tentang pengajaran, tetapi juga melibatkan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi untuk mencapai pemahaman dan kesuksesan bersama.
Pesan Muhtar Lubis mengenai integritas pribadi, integritas intelektual, dan tanggung jawab sosial sangat relevan dalam konteks pendidikan sebagai sektor pembangunan nasional yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Dengan meningkatkan standar pendidikan, memastikan inklusivitas dan keadilan, memanfaatkan teknologi, dan mendorong kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan, Indonesia dapat menciptakan masyarakat yang lebih manusiawi. Pendidikan yang kuat adalah landasan untuk mencapai bangsa Indonesia yang kuat, mandiri, dan berdaya saing di kancah global. Hal ini pun sejalan dengan tokoh pemikir klasik Plato berpendapat bahwa manusia dapat dibuat baik dengan jalan pendidikan.
Jakarta, 16 Juni 2024
Tinggalkan Komentar