Pesantren Kilat, Pengajian Ramadan, dan Pasanan: Kesempatan Belajar di Bulan Suci

Makassar, PANRITA.News – Di sekolah dasar, dan juga menengah dilaksanakan secara terprogram kegiatan Pesantren Kilat. Ketika murid dan siswa sementara libur sekolah, mereka tidak benar-benar libur dari kegiatan. Justru mereka kemudian mengisinya dengan kegiatan pesantren kilat, ataupun pesantren Ramadan.

Kata pesantren ini mengacu kepada aktivitas belajar agama intensif. Tidak saja dilaksanakan oleh sekolah, tetapi dengan sinergi dengan pelbagai pihak. Diantaranya, dengan menggunakan tutor sebaya.

Santri Pesantren IMMIM yang sementara libur sepanjang Ramadan, menjadikan masa libur ini untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa sekolah menengah. Bahkan komunitas santri dengan pelbagai bentuk diantaranya konsulat maupun organisasi daerah lainnya melaksanakan dalam beberapa seri. Tidak saja di satu tempat, tetapi juga melaksanakan lintas daerah.

Kesempatan menjadi “guru” dalam aktivitas pesantren kilat itu menjadi peluang bagaimana mereka mendapatkan pengalaman secara langsung. Sehingga saat pulang kembali ke pesantren, tidak lagi bertingkah dengan semau gue saja di hadapan guru. Merekapun telah merasakan langsung bagaimana sukarnya menjadi seorang guru.

Ini sebuah pembelajaran dengan pengalaman secara langsung. Santri dapat belajar dalam multi dimensi (Wahidin, Sarbini, & Tabroni, 2022). Bahwa saat menjadi “guru” memerlukan kemampuan yang kompleks. Pada kesempatan selanjutnya, saat santri yang telah memiliki pengalaman sebagai guru duduk kembali menjadi santri. Mereka akan lebih produktif dan belajar dengan bersungguh-sungguh. Termasuk upaya untuk meningkatan kemampuan diri (Imron & Putri, 2018).

Selanjutnya, tentang pengajian Ramadan. Ditempatkan di Jakarta dan Yogyakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melaksanakan Pengajian Ramadan. Setelah itu, Pimpinan Wilayah (PW) juga melaksanakan di wilayah masing-masing.

PW Jawa Tengah melaksanakan dengan hybrid di enam wilayah secara serentak. Diikuti Pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah se-Banyumas Raya dan Brebes Selatan di Aula Masjid Zam-Zam Muhammadiyah MBS Zam-Zam, Cilongok, Banyumas serentak melalui teleconference bersama lima Korwil Muhammadiyah lainnya, yaitu Pekalongan Raya di UMPP, Kedu Raya di UMPWR, Pati Raya di UMKU, Solo Raya di UMS dan Semarang Raya di UNIMUS.

Rangkaian acara daring ini diawali dengan pembukaan hingga sambutan Ketua PWM Tafsir, dan Pidato Iftitah oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Setelahnya, diteruskan dengan tatap muka di masing-masing enam tempat pelaksanaan acara.
Sementara itu, PWM Sulawesi Selatan selama lima hari melaksanakan daring. Dihelat setiap shubuh hingga pagi dengan menyertakan warga Muhammadiyah dari pimpinan daerah, ortom, dan amal usaha. Selain melalui platform zoom, juga disediakan melalui streaming YouTube.

Kemudian Pimpinan Daerah Muhammadiyah juga melaksanakan sesuai skala kabupaten/kota.
Seterusnya, Pimpinan Cabang, dan juga amal usaha lainnya. Pelaksanaan Pengajian Ramadan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Perumnas 1 Bekasi dilaksanakan lintas daerah. Sepenuhnya terlaksana daring, dan juga membahas tema-tema lintas disiplin. Bahkan diikuti tidak saja warga Muhammadiyah.

Begitu pula di Universitas Muhammadiyah Barru, dilaksanakan sekaligus dengan buka puasa bersama mengundang siswa/siswi dari sekolah/madrasah laboratorium dalam binaan Unmuh Barru. Begitu pula dari warga panti asuhan yang juga berada di lingkungan Unmuh Barru.

Pendirian Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan justru diawali dari pengajian (Khoirudin, 2019). Sehingga sekalipun amal usaha Muhammadiyah telah berkembang, tradisi pengajian ini tidaklah ditinggalkan. Sekalipun itu juga dalam masa-masa pandemi tetap dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada (Woodward, 2023).

Sementara warga Nahdlatul Ulama (NU) melaksanakan pasanan. Ada pula yang menyebutnya dengan ngaji posonan. Pengajian dengan kitab-kitab pilihan dilaksanakan di pelbagai pondok pesantren. Masing-masing kiyai sudah memiliki kekhasan dengan judul-judul tertentu sepanjang Ramadan. Bahkan diantara mereka sudha melaksanakannya puluhan tahun sebelumnya.

Mengaji Pasanan ini, akan dikhatamkan dalam satu bulan Ramadan saja. Sehingga seorang santri akan duduk menyimak mulai dari awal sampai tamat terkait dengan satu kitab. Santri akan berjalan jauh sekalipun ke lokasi tertentu, jikalau hendak mengkhatamkan kitab yang diampuh oleh seorang kiyai.
Bahkan diantara kitab yang diajarkan, ada yang sudah khatam dalam 17 Ramadan. Buku-buku tersebut, memang tidak terlalu tebal. Sehingga dalam dua pecan sudah dapat khatam, seperti anqihul Qaul, Risalatul Mu’awanah, Bulughul Maram, dan Fathul Ghaits.

KH Ahmad Zaenuri (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqomah) mengampuh program pasaran dengan diikuti warga sekitar pondok pesantren. Tidak saja dari santri Salaf Pondok Pesantren Al-Istiqomah, MTs Al-Istiqomah dan SMK Bhakti kencana (Kelas Asrama). Diantara kitab yang akan dikaji dalam Ramadan, antaralain kitab Arbainul Fadhilah, Mawa’idhul Khusna, Yanabiul Hikmah wal Mauidhoh, Ahlusunah wal Jamaah, Mukhtarul Ahadist, Fathurrohman, Tafsir Muawidatain, Uqudulijain, Mawaidurromadhon, Tafsir Fatihah dan Mizan Kubro.

Tradisi di pondok pesantren telah berlangsung seiring dengan pendirian ponpes tersebut (Saputri, 2023). Kadang pula secara nonformal disebut sebagai kesempatan belajar “kilat”. Sehingga ini dijadikan sebagai kesempatan untuk mempertahankna jejaring ulama di internal NU (Sobirin, 2021).

Ketiga kegiatan ini masing-masing dilaksanakan dalam menyemai semangat belajar sepanjang Ramadan. Sehingga keberadaan bulan suci Ramadan tidak saja dalam bentuk puasa, tarawih, dan zakat. Tetapi juga dalam kaitan memperkuat pemahaman keagamaan dan menuntut ilmu pengetahuan.

*Ismail Suardi Wekke, Wakil Ketua Umum MPP Pemuda ICMI.

Tinggalkan Komentar