Pesantren DDI As-Salman: Potret Pendidikan dari Allakuang

Makassar, PANRITA.News – Saat itu, diawali dengan salat Ashar berjamaah. Kemudian, diteruskan dengan sesi diskusi bersama santri dan santriwati. Begitu pula dengan kehadiran warga yang turut menyimak diskusi, setelah mengikuti salat berjamaah. Pesantren menerima kedatangan tamu dari Malaysia, tepatnya Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM).

Tamu selain berkunjung, juga sebelumnya menghadiri seminar di IAI DDi Sidenreng Rappang. Ini sebagai implementasi aktivitas bersama UTeM dan IAI DDI Sidenreng Rappang sejak dua tahun terakhir.

Maka kunjungan ke Allakuang, selain berkunjung ke pesantren, juga mengadakan pengabdian masyarakat ke pengrajin batu. Kegiatan terintegrasi, sehingga bisa menjadi kolaborasi lintas institusi dan juga lintas negara.

Tipikal pesantren, kurang lebih sama di seluruh Indonesia. Terdapat instrumen masjid, kiyai, kitab kuning, dan asrama. Begitu pula dalam institusi pendidikan yang dikelola, terdapat madrasah, sekolah, dan panti asuhan.

Dengan tipikal ini, kemudian pesantren berkembang dengan kondisi lingkungan masing-masing. Di As-Salman, berlangsung dengan pengembangan pada institusi tsanawiyah dan aliyah. Kurikulum pendidikan formal dengan format Kementerian Agama RI, dipadukan dengan aktivitas pesantren.

Pola asrama yang digunakan adalah pemisahan bangunan dan lokasi yang berbeda antara wilayah pemukiman untuk santri dan santriwati. Walaupun demikian, secara khusus tidak dibuat pagar keliling sebagai pembatas antara santri/santriwati dengan warga. Justru rumah penduduklah yang menjadi batas antara aktivitas santri/santriwati dengan lingkungan pondok.

Ini terbangun sejak awal. Bahkan ketika itu, semasa dirintis oleh AGH Bahsen Salman dalam bentuk pendidikan diniyah. Seiring dengan kondisi kelembagaan pendidikan Islam, maka Pondok Pesantren DDI As-Salman dilembagakan dengan tsanawiyah dan aliyah.

Adaptasi menjadi sebuah penjelasan, sehingga lembaga ini tetap eksis. Kini, Pesantren DDI As-Salman menjadi pilihan lintas kabupaten. Santri/santriwati yang sementara menuntut ilmu tidak saja berasal dari Sidrap, tetapi juga berasal dari daerah ataupun wilayah lain. Baik di Sulawesi Selatan, maupun luar pulau Sulawesi.

Masa-masa pandemi menjadi kesempatan adaptasi juga dengan wabah dan memenuhi kriteria regulasi pemerintah. Dalam wujudnya wabah saat itu, perangkat pembelajaran daring kemudian disiapkan dan kini melengkapi proses belajar mengajar yang berlangsung dengan pelbagai metode, diantaranya blended learning.

Begitu pula manajemen pesantren mengembangkan balai latihan kerja. Ini sebagai aktivitas tambahan bagi santri/santriwati nantinya ketika berstatus alumni. Namun, tidak hanya dibuka terbatas untuk kalangan internal. Program BLK yang merupakan dukungan dari pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja, dibuka dengan program untuk masyarakat luas.

Keberadaan Pesantren DDI As-Salman memberikan warna tersendiri bagi Allakuang, Sidenreng Rappang. Kalaulah ada citra Allakuang sebagai wilayah pengrajin batu, dengan adanya produksi diantaranya batu cobeq, maka kini citra itu bertambah. Begitu pula jika Allakuag dikenali dengan wilayah peternak ayam, maka tidak itu saja.

Allakuang menjadi rumah bagi Pondok Pesantren DDI As-Salman yang sampai kini tetap saja eksis memberikan layanan pendidikan Islam bagi umat Islam. Wakaf dari keluarga As-Salman yang terdiri dari AGH. Bahsen Salman, H. Muhammad Siata Salman, Hj. Maemunah Salman, Hj. Naimah Salman, Hj. Harisah Salman, dan Hj Thahirah Salman, tetap tumbuh dan menjadi daya dukung pendidikan Islam.

Diteruskan dengan manajemen modern berup terbentuknya yayasan yang kemudian bisa mengelola dua sekolah yang ada saat ini. Selain itu, pesantren yang tidak berjarak dengan warga. Serta penyediaan layanan kursus keterampilan baik bagi santri maupun bagi warga yang berminat dan perlu untuk mendapatkan kemahiran tertentu.

Keberadaan As-Salman, melampaui pendirian awal pengelola dan wakifnya. Kini, alumni As-Salman baik dari tsanawiyah begitu pula dari aliyah melanjutkan pendidikan di dalam negeri dan juga luar negeri. Merekapun hadir dalam pelbagai lahan pengabdian untuk umat. Sekaligus menjadi “duta” As-Salman. Selain nama seorang sahabat Salman Al-Farisi, juga mewarisi semangat nama keluarga para wakif.

Kehadiran tamu dari UTeM semasa itu, sejatinya sebagai tamu belaka. Jikalau saja, dalam kesempatan berikutnya ada peluang bagi alumni DDI As-Salman untuk melanjutkan pendidikan ke Malaysia, maka ini sebuah jalinan yang prospektif. Dimana alumni As-Salman sebelum ini juga sudah ada diantara mereka yang menyelesaikan pendidikan di negara lain, speeri Mesir, Sudan, Yordania, Yaman, dan tentu saja Malaysia.

Tinggalkan Komentar